Notification

×

BPKAD

BPKAD

G30sPKI

G30sPKI

Melawan Fiskal, Menjemput Harapan: Cerita OKI Menjalankan Asta Cita di Tengah Keterbatasan

Sabtu, 11 Oktober 2025 | 21.02.00 WIB Last Updated 2025-10-11T14:02:28Z
Caption : Bupati Ogan Komering Ilir, H. Muchendi Mahzareki, bersama jajaran turun langsung ke sawah memantau panen raya menggunakan mesin combine harvester modern sebagai simbol komitmen Pemkab OKI dalam memperkuat ketahanan pangan daerah.


OKI, transkapuas.com – Pagi itu, halaman Puskesmas di Kecamatan Pedamaran tampak ramai. Ibu-ibu berkerudung warna-warni antre rapi menunggu giliran diperiksa. Mereka datang bukan karena sakit, tapi karena ingin memastikan tubuh tetap sehat. “Gratis, Nak. Cuma tunjukkan KTP saja,” ujar Yuliana, 38 tahun, sambil tersenyum usai menerima hasil cek tekanan darah.


Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) dari Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) ini kini menjadi napas baru bagi ribuan warga. Hingga Oktober 2025, tercatat 17.119 orang dewasa dan 47.080 anak usia sekolah telah memanfaatkan layanan ini. Bagi sebagian warga, ini bukan sekadar program kesehatan, melainkan jaminan bahwa negara masih hadir di tengah rakyatnya.


"Kesehatan adalah hak dasar. Program ini bukan hanya soal layanan, tapi komitmen moral agar tak ada warga tertinggal dalam akses kesehatan,” ujar Bupati OKI, H. Muchendi Mahzareki, di sela Sidang Paripurna HUT ke-80 Kabupaten OKI, Sabtu (11/10/2025).



Antara Tekanan Fiskal dan Janji Pelayanan


Tahun 2025 bukan tahun yang mudah. Transfer dana dari pemerintah pusat menurun tajam. Namun, alih-alih berkeluh kesah, Pemkab OKI memilih bekerja dalam diam — mencari ruang di antara sempitnya anggaran untuk memastikan roda pembangunan tetap berputar.


“Banyak daerah berhenti karena alasan fiskal,” kata salah satu pejabat di lingkungan Pemkab. “Tapi Bupati kami bilang: rakyat jangan ikut menanggung defisit.” tandanya.


Maka lahirlah terobosan-terobosan yang menegaskan arah keberpihakan. Dari Jaminan Kesehatan Semesta (UHC Prioritas) hingga program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi 111.329 pelajar, OKI mencoba menghidupkan cita-cita besar dalam wajah kebijakan kecil yang menyentuh kehidupan sehari-hari.


"Kami ingin anak-anak OKI tumbuh sehat dan cerdas. Dari situ akan lahir generasi yang membuka lapangan kerja, bukan hanya mencari kerja,” tutur Muchendi dengan nada yakin.



Padi yang Tumbuh di Tanah Rawa


Di pelosok Lempuing dan Tanjung Lubuk, petani kini tersenyum lega. Mereka baru saja menuntaskan musim tanam dengan hasil panen yang melimpah. Pemerintah mencatat, produksi gabah kering meningkat dari 469.536 ton menjadi 538.321 ton dalam setahun. Bahkan, OKI kini surplus beras 257.145 ton.


Kenaikan itu bukan kebetulan. Pemkab OKI membuka 11.672 hektare lahan sawah baru dan mengoptimalkan 9.221 hektare lahan lama, disertai 20.177 ton pupuk dan 1.396 unit alsintan yang langsung diterima petani.


“Kalau dulu panen cuma dua kali setahun, sekarang bisa tiga,” kata Arman, petani di Air Sugihan. “Kami dibantu dari tanam sampai jual.”


Muchendi menyebut petani sebagai “tulang punggung daerah”. Baginya, swasembada bukan sekadar target nasional, tetapi kedaulatan rakyat desa.


Dari Kebun Sawit ke Bangku Kuliah


Di sektor perkebunan rakyat, perubahan juga terasa. Di Desa Sidomulyo, Siti, anak seorang pekebun sawit, kini bersiap kuliah di Palembang dengan beasiswa SDM Kelapa Sawit. “Saya ingin jadi agronom,” katanya malu-malu.

Beasiswa itu bagian dari program pemerintah untuk 72 anak pekebun, bersamaan dengan peremajaan 36.674 hektare sawit rakyat dan bantuan sarana bagi 2.697 pekebun.


"Petani sawit tak hanya butuh bibit dan pupuk, tapi kepastian masa depan. Salah satu jalannya adalah pendidikan bagi anak-anak mereka,” ujar Muchendi.


Membangun Rumah, Membangun Harapan


Di ujung Desa Muara Baru, suara palu terdengar dari atap rumah kayu. Di sanalah Rosyid, 47 tahun, sedang memperbaiki rumahnya yang hampir roboh. Ia salah satu penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Tahun ini, 346 rumah diperbaiki melalui program tersebut, ditambah 175 unit dari APBD dan 8 unit dari zakat Baznas OKI.


“Dulu kami berteduh di rumah bocor, sekarang bisa tidur tenang,” ucap Rosyid lirih.


Namun bagi Bupati Muchendi, bantuan bukan tujuan akhir.


"Bantuan penting, tapi tidak cukup. Yang dibutuhkan rakyat adalah kesempatan untuk mandiri. Karena itu kami buka akses pekerjaan,” tegasnya.



Pintu Gerbang Kesempatan


Kesempatan itu kini terbuka melalui Bursa Kerja (Job Fair) yang digelar Pemkab OKI. Sebanyak 737 lowongan kerja dalam negeri dan 2.275 peluang kerja luar negeri dibuka bagi anak muda OKI.


Suasana riuh memenuhi GOR Kayuagung. Di antara barisan peserta, Rini, lulusan SMK asal Pampangan, menggenggam map biru. “Saya ingin kerja di luar negeri,” katanya dengan mata berbinar. “Semoga rezeki.


"Melalui Job Fair ini, kita buka jalan bagi anak-anak muda menuju pintu gerbang kesuksesannya,” ujar Muchendi dalam sambutan penutupan acara.



Harapan yang Tetap Hidup


Ketika banyak daerah bergulat dengan defisit, Ogan Komering Ilir memilih tetap berjalan — perlahan tapi pasti. Bagi sebagian orang, mungkin angka-angka pembangunan hanyalah data. Tapi bagi warga seperti Yuliana, Arman, dan Rosyid, setiap program itu adalah napas baru: tanda bahwa janji pemerintah masih berarti.


Di tanah rawa yang subur dan di hati rakyat yang tabah, Asta Cita bukan sekadar slogan. Ia hidup, tumbuh, dan bekerja bersama rakyat OKI.


( Mas Tris)

×
Berita Terbaru Update