![]() |
HF.Rozi Dahlan. Bupati OKI periode 1999 - 2024. |
Oleh: Iklim Cahya (Wartawan/Aktivis OKI Tempo Doeloe)
Suasana duka menyelimuti banyak kalangan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Kamis pagi, 16 Oktober 2025. Kabar berpulangnya Kolonel (Purn) HF Rozi Dahlan, SH, mantan Bupati OKI periode 1999–2004, cepat menyebar dari mulut ke mulut, dari grup keluarga hingga jaringan alumni pemerintahan daerah.
“Innalillahi wainna ilaihi rojiun…” — begitu ungkapan pertama yang terucap ketika kabar itu datang. HF Rozi Dahlan, sosok yang memimpin OKI di awal masa Reformasi, menutup usia di RS Siti Fatimah Palembang, setelah beberapa waktu menjalani perawatan. Ia wafat dalam usia sekitar 85 tahun.
Jenazahnya dimakamkan pada sore hari itu juga, di tanah kelahirannya di Belitang, Kabupaten OKU Timur. Di sanalah, perjalanan panjang seorang anak desa yang meniti karier di dunia militer dan pemerintahan itu berakhir dalam ketenangan.
Jejak Perwira yang Tegas dan Bersahaja
Fahrur Rozi Dahlan lahir di Desa Kota Negara, OKU Timur. Selepas menamatkan pendidikan tinggi, ia memilih jalan hidup sebagai seorang prajurit, menempuh karier sebagai oditur atau hakim militer — profesi yang menuntut kedisiplinan dan keteguhan moral.
Di masa Orde Baru, saat ABRI masih memiliki perwakilan politik, Rozi Dahlan dikaryakan menjadi anggota DPRD OKI periode 1992–1997, dan dipercaya sebagai Ketua Fraksi ABRI. Sosoknya dikenal tenang, berwibawa, serta mampu menjembatani kepentingan sipil dan militer di tingkat daerah.
Kariernya terus menanjak. Ia kemudian bertugas di DPRD Provinsi Bengkulu periode 1997–1999, sebelum akhirnya kembali ke Sumatera Selatan dan dipercaya sebagai Wakil Ketua DPRD Sumsel dari unsur Fraksi TNI/Polri.
Pemimpin di Tengah Euforia Reformasi
Tahun 1998 menjadi tahun bersejarah. Reformasi membuka ruang baru bagi demokrasi lokal. Di tengah euforia itu, HF Rozi Dahlan mencalonkan diri sebagai Bupati OKI periode 1999–2004.
Waktu itu, pemilihan kepala daerah masih dilakukan oleh DPRD. Banyak nama muncul sebagai bakal calon bupati, baik dari kalangan militer maupun sipil. Di antara mereka terdapat Kol. Kamaluddin, Letkol Entus Kusnadi, Kol. Sofyan Effendi, Drs. H. A. Rasyid Oemar, Ir. H. Aulia Akbar, hingga Iklim Cahya — seorang wartawan muda berusia 33 tahun.
Persaingan begitu hangat. Dukungan masyarakat dan kelompok pemuda OKI terbelah. Bahkan, kabarnya, sejumlah nama sempat ditolak melalui surat ke Mendagri dan Mabes ABRI. Namun akhirnya, tiga nama ditetapkan sebagai calon tetap: HF Rozi Dahlan, H. A. Rasyid Oemar, dan Ir. H. Aulia Akbar.
Dalam pemilihan DPRD OKI yang digelar November 1998, keberuntungan berpihak kepada Rozi Dahlan. Ia meraih suara mayoritas dan resmi dilantik pada 15 Januari 1999 oleh Gubernur Sumsel H. Rosihan Arsyad, menggantikan H. A. Rasyid Rais.
Lima Tahun Membangun OKI
Kepemimpinan HF Rozi Dahlan mencerminkan semangat transisi dari Orde Baru ke Reformasi. Ia dikenal tegas namun terbuka terhadap kritik, disiplin namun tetap hangat terhadap rakyat kecil.
Selama lima tahun masa jabatannya, banyak pembangunan monumental yang menjadi jejak pengabdiannya. Di antaranya:
Pembangunan objek wisata Danau Teluk Gelam, yang kelak menjadi venue cabang dayung PON XVI tahun 2004.
Pendirian RSUD OKI di Kayuagung.
Pembukaan jalan Kayuagung–Sepucuk–Pantai Timur.
Pembangunan akses jalan Riding–Air Sugihan, membuka keterisolasian daerah rawa.
Dukungan terhadap pemekaran Kabupaten Ogan Ilir (OI), sebagai bentuk pemerataan pembangunan.
Pada masa pemerintahannya pula, OKI menjadi tuan rumah Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Provinsi Sumatera Selatan di Terminal Timbangan, Indralaya — sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat kala itu.
Sesudah Jabatan, Tetap Mengabdi
Usai menuntaskan masa jabatannya pada 2004, Rozi Dahlan tidak serta merta meninggalkan dunia pengabdian. Ia aktif di Dewan Pendidikan Sumsel, serta kerap menghadiri acara HUT Kabupaten OKI dan Ogan Ilir.
Namun seiring usia yang menua, langkahnya mulai melambat. Dalam beberapa tahun terakhir, ia lebih banyak beristirahat di rumah, jauh dari hiruk-pikuk panggung politik.
Meski begitu, kenangan tentang sosoknya tidak pernah pudar. Bagi para wartawan senior dan pemuda yang pernah berinteraksi dengannya, HF Rozi Dahlan dikenal sebagai pemimpin yang menghargai insan pers. Bahkan, beberapa di antaranya masih mengingat bagaimana ia memberikan kesempatan ibadah haji kepada wartawan lokal — sebuah bentuk perhatian yang jarang dilakukan pejabat pada masa itu.
Kenangan yang Tak Pernah Luntur
Kini, semua hasil kerja dan pembangunan yang dirintisnya telah dinikmati oleh masyarakat OKI. Jalan yang ia buka, rumah sakit yang ia bangun, dan kebijakan pemekaran yang ia setujui, menjadi bagian dari warisan nyata seorang pemimpin daerah yang berpikir jauh ke depan.
"Almarhum HF Rozi Dahlan adalah orang baik. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosanya, menerima amal ibadahnya, dan menempatkannya di surga terbaik. Aamiin.”
Sebuah doa yang tulus dari banyak orang yang pernah mengenalnya — untuk seorang bupati yang menorehkan jejak tak hanya di catatan pemerintahan, tetapi juga di hati rakyatnya.(**)