Pontianak, transkapuas.com – Yayasan Persaudaraan Bugis Melayu menggelar kegiatan silaturahmi budaya bersama rombongan dari Malaysia sebagai upaya mempererat hubungan persaudaraan lintas negara yang berakar pada sejarah dan budaya rumpun Melayu. Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh adat, tokoh masyarakat, serta pengurus yayasan dari berbagai daerah di Kalimantan Barat.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Ketua Umum Yayasan Persaudaraan Bugis Melayu Daeng Fitrah, Ketua Pengurus Daerah Kota Pontianak Mardiansyah, Ketua Pengurus Daerah Kubu Raya Kamaruddin, Penasehat Yayasan H. Haliram, Raja Simpang Gusti M. Hukma, tokoh masyarakat H. Mohdar, serta seluruh tamu undangan.
Mengikat Tali Persaudaraan Bugis Melayu
Dalam sambutannya, Ketua Umum Yayasan Persaudaraan Bugis Melayu Daeng Fitrah menegaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat ikatan persaudaraan dan silaturahmi antara Indonesia dan Malaysia, khususnya masyarakat Bugis Melayu di Kalimantan Barat.
“Kerja sama ini adalah bagaimana kita mengikat tali persaudaraan dan silaturahmi antara Indonesia dan Malaysia, khususnya di Kalimantan Barat dan Kota Pontianak. Ini juga menjadi momentum untuk menelusuri asal-usul keluarga dan menjaga serta mengangkat budaya-budaya yang ada di Kalimantan Barat,” ujarnya.
Rombongan Malaysia dan Jejak Sejarah Leluhur
Rombongan dari Malaysia yang hadir berjumlah enam orang, di antaranya Tuan Halim, yang juga memiliki keterkaitan garis keturunan dengan tokoh-tokoh Bugis di Kalimantan Barat seperti Opu Daeng Menambun di Mempawah dan Opu Daeng Kamasih di Sambas.
Saat ini, Yayasan Persaudaraan Bugis Melayu telah terbentuk di 12 kabupaten/kota di Kalimantan Barat, antara lain Kota Pontianak, Kubu Raya, Bengkayang, Singkawang, Sambas, Ketapang, Kayong Utara, Sanggau, dan Sintang. Yayasan menargetkan pada April mendatang akan melaksanakan deklarasi dan pelantikan pengurus di 14 kabupaten/kota yang direncanakan berlangsung di Pendopo Gubernur Kalbar.
> “Harapan kami, masyarakat Kalimantan Barat bisa bersatu tanpa membedakan ras dan suku. Bugis Melayu itu identitas persatuan, Islam sebagai perekat, dan NKRI sebagai rumah bersama,” tegas Daeng Fitrah.
Perspektif Rumpun Melayu dari Malaysia
Perwakilan Malaysia Nurul Zayani Binti Yahya bersama Abdul Halim Bin Muhamed menyampaikan rasa syukur atas sambutan hangat yang diberikan. Menurutnya, pertemuan ini menghidupkan kembali jaringan rumpun Melayu yang telah terjalin sejak masa kesultanan dan dakwah para ulama terdahulu.
> “Rumpun Melayu ini terbentang luas, dari Kamboja, Indonesia, Brunei, Sulawesi, hingga Semenanjung Malaysia. Kita disatukan oleh satu agama, satu sejarah, dan satu budaya. Walaupun ada perbedaan, tetapi tidak pernah ada pemisahan,” ujarnya.
Budaya dan Pariwisata Lintas Negara
Sementara itu, Long Andri, Wakil Ketua Umum Yayasan Persaudaraan Bugis Melayu, menyampaikan bahwa kunjungan rombongan Malaysia ke Pontianak diharapkan mampu mendorong penguatan budaya sekaligus membuka peluang kerja sama pariwisata lintas negara.
“Dengan datangnya rombongan dari Malaysia ke Pontianak, kita berharap budaya dan pariwisata antarnegara dapat terangkat. Ini adalah wujud nyata dari semangat Bersatu dalam Budaya,” katanya.
Perwakilan Malaysia lainnya, Atuh Yani, Sekretariat Syaikh Jumadil Kubra, menambahkan bahwa kunjungan ini juga memiliki nilai spiritual dan historis dalam menjaga kesinambungan silaturahmi serta warisan dakwah para ulama Melayu di Nusantara.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa persaudaraan rumpun Bugis Melayu tidak dibatasi oleh batas negara, melainkan dipererat oleh sejarah, budaya, dan nilai keislaman yang diwariskan lintas generasi.
Rizka Arabia Wulandari
