OKI, transkapuas,com – Program Makanan Bergizi (MBG) yang digembar-gemborkan Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) berakhir tragis. Puluhan siswa SD dan SMP di Kecamatan Pedamaran tumbang keracunan setelah menyantap makanan dari program tersebut, Selasa (2/9/2025).
Alih-alih menyehatkan, program justru memicu malapetaka. Ketua Ikatan Keluarga Besar Macan Lindungan Sumsel, Wandriansyah, menuding Pemkab OKI gagal total dalam fungsi pengawasan.
“Pengawasan hanya formalitas. Kalau serius dijalankan, anak-anak tidak akan jadi korban. Vendor seharusnya diatur jam masak, guru pun diingatkan agar makanan langsung dimakan, bukan dibawa pulang,” tegasnya, Kamis (4/9/2025).
Ia bahkan menyebut program mulia itu berubah jadi ancaman. “Inisiatifnya bagus, tapi dengan pengawasan amburadul, MBG bukan lagi program sehat, melainkan mesin penyakit,” sindirnya keras.
Sementara itu, Pemkab OKI terlihat kalang kabut setelah kasus mencuat. Sekda OKI, Ir. Asmar Wijaya, hanya menyampaikan keprihatinan.
"Keselamatan anak-anak prioritas kami,” ucapnya usai meninjau Puskesmas Pedamaran, Rabu (3/9/2025). Namun publik menilai pernyataan tersebut sekadar retorika tanpa sanksi tegas terhadap penyedia makanan.
Data Puskesmas Pedamaran mencatat sedikitnya 80 siswa mengalami gangguan kesehatan. Kepala Puskesmas, Hasanul, mengonfirmasi sebagian masih dirawat, sementara lainnya diperbolehkan pulang.
Ketua Satgas MBG OKI, H.M. Lubis, menduga keracunan dipicu jeda waktu konsumsi.
"Makanan disiapkan pukul 11 siang, baru dimakan sore. Kualitas menurun dan menimbulkan gangguan pencernaan,” jelasnya.
Meski sampel makanan sudah dikirim ke Balai Besar POM, publik terlanjur kecewa. Kasus ini dianggap bukti lemahnya pengawasan pemerintah daerah. Banyak pihak menilai pola kerja lama di birokrasi masih bercokol.
“Jika ASN bekerja dengan gaya lama, kepemimpinan Muchendi Supri hanya sekadar ganti baju tanpa perubahan nyata,” kritik Achik muhrom seorang aktivis.
Wandriansyah menutup dengan peringatan keras. “Program MBG jangan jadi proyek asal jalan. Kalau pengawasan tetap longgar dan anak-anak terus jadi korban, lebih baik hentikan saja!” katanya dengan nada tinggi.
(Mas Tris)