![]() |
Caption : Tim Bani Iskandar vs Tim Muchendi dalam perlombaan tarik tambang. |
OKI, transkapuas.com — Lomba tarik tambang HUT RI ke-80 di GOR Perahu Kajang, Jum’at (8/8/2025), menyuguhkan adu kekuatan antara tim Bani Iskandar dan tim Muchendi. Meski tim Muchendi keluar sebagai pemenang, sejumlah pengamat menilai kemenangan itu sekadar simbol di balik tarik-menarik kekuasaan yang masih berlangsung di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Sorak-sorai penonton pecah ketika tali tambang perlahan bergeser ke arah tim Muchendi. Tim Bani Iskandar yang diperkuat Maulidini (Deni), Listiadi Martin, dan Asmar Wijaya terpeleset dan terjatuh ke belakang. Tim Muchendi yang digawangi Suprianto, Pinjol, dan sang kapten Muchendi, pun meraih kemenangan.
Bagi sebagian warga, momen itu hanyalah puncak hiburan perayaan kemerdekaan. Namun Salim Kosim perwakilan dari Pusat Riset kebijakan publik dan pelayan masyarakat ( PRISMA), menilai ada pesan politik yang terselip.
"Ini seperti kode alam. Tarik tambang ini seakan mengabarkan bahwa pemerintahan Muchendi–Supri tak berdaya menghadapi kekuatan lama Bani Iskandar. Kemenangan mereka bukan hanya soal otot, tapi tentang jaringan dan pengaruh yang sudah lama tertanam di pemerintahan,” ujarnya, Sabtu (9/8/2025).
Pandangan serupa diungkapkan aktivis OKI, Achik Muchrom, yang kerap mengkritisi kebijakan pemerintah daerah.
"Kalau di lomba saja mereka tumbang, bagaimana di gelanggang politik yang penuh manuver? Di tarik tambang kekuasaan, lawan bukan hanya menarik dari depan, tapi juga bisa menginjak dari belakang,” sindirnya.
Menurut Achik, kekalahan di lapangan hanyalah ilustrasi tantangan pemerintahan. Di dunia politik, kata dia, tidak ada babak ulang. Kekalahan berarti konsekuensi langsung bagi rakyat, mulai dari kebijakan tersandera, program terbengkalai, hingga legitimasi yang terkikis.
Seperti tali tambang yang tetap terbentang meski pertandingan usai, perebutan kekuasaan di OKI pun tak pernah benar-benar berhenti. Kadang berganti tangan, kadang hanya berganti wajah, namun arahnya, menurut banyak pihak, jarang berubah, dan rakyat hanya jadi penonton.
(Mas Tris)